Mengenal Agraria lewat Museum Pertanian di Kota Bogor

Selasa, 28 Mei 2019 - 08:16 WIB
Mengenal Agraria lewat Museum Pertanian di Kota Bogor
Mengenal Agraria lewat Museum Pertanian di Kota Bogor
A A A
BOGOR - Museum Pertanian dengan konsep connecting past to the future hadir di Kota Bogor. Keberadaan museum ini bertujuan untuk mengenalkan sistem pertanian masyarakat Indonesia sejak zaman kerajaan, kolonial, hingga masa yang akan datang.

"Sebetulnya gedung ini sempat terbengkalai tiga tahun mulai 2012 hingga 2015, kemudian di renovasi. Jadi selama tiga tahun itu vakum, koleksi museum tanahnya dibiarkan tidak dibawa pindah ke kompleks pertanian Cimanggu," jelas Kepala Museum Tanah dan Pertanian Bambang Winarko, kemarin.

Selanjutnya muncul lagi, ide untuk mendirikan museum tanah yang di-relaunching atau diresmikan pada 5 Desember 2017. Itu bertepatan dengan Hari Tanah Internasional. "Saat itu hadir para mantan menteri dan pejabat kementerian senior, mereka mengusulkan adanya Museun Pertanian. Karena Museum Pertanian itu sebetulnya sudah lama didengung-dengungkan tapi hilang lagi," jelasnya.

Setelah itu, ada satu kegiatan dimana para mantan menteri pertanian kembali berkumpul dan mencetuskan ide museum pertanian. Tak lama kemudian mereka bertemu Mentan Andi Amran Sulaiman, dan mendapat dukungan penuh untuk dilaksanakan," jelasnya.

Melalui Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Pertanian, ditunjuklah Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian sebagai pelaksana pembangunan museum pertanian yang kemudian diresmikan 22 April 2019. "Untuk bisa merealisasikan ide ini, kami berjibaku dan ternyata tak membutuhkan waktu lama yakni hanya enam bulan. Akan tetapi intensifnya itu tiga bulan," katanya.

Terkait Museum Tanah, lanjut dia, sebetulnya berdiri atau dibangun sejak zaman kolonial yakni 1905. Tahun itu merupakan berdirinya lembaga penelitian tanah ini, terakhir menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan, Kementerian Pertanian.

”Di situ sebenarnya Balai Besar membawahi tiga lembaga yakni Balai Penelitian Tanah, Agro Climate, Lingkungan Pertanian. Nah, Balai Penelitian Tanah itu pada 1988 mendirikan Museum Tanah, jadi berdirinya asal muasal Museum Tanah itu 1988," jelasnya.

Museum Pertanian ini sangat penting, karena mengandung unsur-unsur pengetahuan atau pendidikan. "Sehingga diharapkan anak-anak milenial, bisa mengetahui proses sistem pertanian dari masa ke masa, dari zaman kerajaan, kolonial, sekarang hingga masa depan," katanya.

Dia menjelaskan, koleksi pertanian yang dipamerkan di lantai satu itu bertujuan agar para pengunjung dapat mengetahui teknologi pertanian di Indonesia itu sudah ada sejak sebelum zaman penjajahan. "Tapi pada masa kerajaan juga sudah ada teknologi pertanian yang membantu petani," katanya.

Kemudian yang kedua, tentang pentingnya keberadaan museum pertanian ini adalah menjadi spot tourism baru bagi Kota Bogor karena dengan adanya museum ini, menambah destinasi wisata baru. "Bisa mengundang banyak wisatawan dan sangat menguntungkan bagi pemerintah daerah sehingga wajar Pemkot Bogor memberikan dukungan penuh dengan memasukan dalam agenda pariwisata di Bogor," ungkapnya.

Tak hanya itu, guna menarik minat pengunjung, khususnya para generasi milenial, tata letak atau konsep Museum Pertanian ini penuh dengan spot-spot untuk berselfie dan berswafoto. "Ide awalnya dari para mantan menteri senior itu tentang konsep connecting past to the future, tapi itu hanya sebatas omongan saja. Yang mengimplementasikannya teman-teman pusat perpustakaan," katanya.

Terkait dengan tiket masuk bagi pengunjung, dia mengaku sedang menggondok aturan besaran harganya. "Sejak tiga bulan ini kita masih menggratiskan, tapi dalam waktu dekat akan mengenakan tarif tiket masuknya, karena sudah ada ketetapan dari instansi terkait agar Museum Pertanian dikenakan tarif sekian," ungkapnya.

Dia menambahkan, untuk Museum Tanah diperkirakan besaran tarif sesuai aturan Rp6.000/orang, sedangkan untuk pertanian ini pihaknya belum mengetahui. "Selain karena koleksi yang di pamerkan, juga karena luas area museum itu sendiri dalam menetapkan tarif jadi kemungkinan tak sama besarannya dengan Museum Tanah," katanya.

Untuk jam operasional mulai hari selasa-minggu pada pukul 08.00 hingga pukul 16.00, senin libur. "Tingkat kunjungan sejak awal dibuka, sudah mencapai 1.000 orang lebih per bulan. Bagi museum baru, jumlah pengunjung sebanyak itu sangat luar biasa," tandasnya.

Rata-rata pengunjung yang datang ke Museum Pertanian adalah kalangan pelajar. Tapi ada saja, rombongan keluarga besar sengaja berwisata datang ke Museum Pertanian ini. "Sebetulnya tak sulit untuk mendatangkan pengunjung, sebab museum ini baru, sudah ada Museum Tanah lebih dulu sehingga mudah mengenalkan kepada pengunjung," ujarnya.

Asep S, salah satu pemandu Museum Tanah dan Pertanian memaparkan hingga saat ini pihaknya hanya bertiga saja mengelola museum ini. "Mungkin karena masih baru, jadi gedung sebesar ini baru dikelola tiga orang, meski sebetulnya ada sembilan orang tapi mereka berkantor di Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian," katanya.

Dia berharap, dibukanya Museum Pertanian di area Museum Tanah dapat meramaikan suasana bangunan tua peninggalan zaman Belanda. "Sebetulnya di sini itu enak, selain menambah pengetahuan tentang tanah dan pertanian juga bisa berselfie di spot-spot yang sudah disediakan, jadi Museum Pertanian ini memang sengaja dirancang agar instagramable dan tak menjenuhkan," katanya. (Haryudi)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8770 seconds (0.1#10.140)